~HAVE A BLESSED & WONDERFUL DAY BLOGGER~

28 Jul 2017

Teologi Reformasi

1.   Faktor-faktor penentu lahirnya gerakan Reformasi dan Relevansinya.
Beberapa faktor  dan segi-segi yang menguntungkan bagi lahir dan berkembanganya gerakan Reformasi antara lain, bidang theologi, sosial - politik, Ilmu  dan pengetahuan, dan juga bidang media percetakan.

a.      Bidang  theologi
Sepanjang sejarah, bidang teologi terus berkembang  sebagai science sebagai wadah berteologi, dimana para teolog mencoba mencari kebenaran yang sesungguh melalui Kitab Suci  dan berusaha merumuskannya. Pada abad ke 3-8 perkembangan berteologi dikuasai oleh pemimpin gereja dengan doktrin-doktrin kekristenan yang sempit, dan dipihak lain para pemimpin gereja tidak lagi melakukan tugasnya sesuai  dengan Kitab Suci. Zaman ini disebut zaman kegelapan.  Pada abad pertengahan pengaruh filsafat Yunani (Neo-Platonisme) berkembang dan mempengaruhi pola berpikir manusia dan situasi ini juga mempengaruhi Gereja Katolik dalam berteologi dan merumuskan doktrin-doktrin gereja, Alkitab  tidak lagi menjadi landasan utama dalam merumuskan doktrin untuk memperkuat kekuasan pimpinan gereja dan  konsili-konsili tidak lagi  sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam gereja, melainkan berada pada Paus. Keselamatan manusia ditentukan oleh Paus dan peran manusia  dalam beramal bagi gereja.
Keadaan rohani Gereja Katolik  dan banyak faktor lahiriah lainnya yang menimbulkan  yang menyebabkan kebejatan moral para pemimpin. Namun dipihak lain masih ada para rohaniawan yang masih menjaga nilai-nilai dengan mendasarkannya pada Alkitab sebagai kebenaran yang absolute dan memiliki kerinduan untuk pembaharuan gereja. Melalui kerinduan ini para teolog untuk kembali kepada kebenaran yang sesungguhnya bagi gereja. Mereka adalah para perintis gerakan Reformasi, gerakan mereka bersifat lokal dan tidak menjangkau seluruh gereja Katolik. Mereka, Jhon Wycliffe (1320-1384) di Inggris, Yohanes Hus (1370-1384) di Bohemia (Cekoslowakia), khususnya Abba Jendral Ordo Augustin Gregor dari Rimini yang mempengaruhi karya teologi Martin Luther. Martin Luther (1483-1548) professor dalam bidang biblika. Martin Luther menemukan prinsip-prinsip hermeneutika baru. Kebenaran Alkitab bercahaya secara baru. Reformasi mulai dengan menggali Alkitab. 

b.    Bidang Sosial dan Ekonomi
  • Dasar dan struktur kemasyarakatan abad-abad pertengahan sudah berubah, pengetahuan ilmu bumi  meloncat (Colombus tiba di Amerika, zaman penemuan-penemuan, Paus menentukan batas  pengaruh Spanyol dan Portugal di Amerika Latin)
  • Peralihan dari pola kemasyarakatan tani kepada masyarakat kota. Pemberontakan yang terbesar yang terjadi di Jerman pada waktu Reformasi (1524-1525)
  • Perkembangan pertukangan dan perdagangan, baik lokal, nasional maupun  peranan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan pendidikan (universitas,Humanisme dan Renaissance)
  • Penekanan baru kepada identitas dan hak-hak individu.
  • Sikap kritis terhadap tradisi.
c.   Bidang Politik
Perkembangan Reformasi berulangkali dipengaruhi oleh factor-faktor politik yang menguntungkan pihak protestan yaitu  : 
  • Jerman terbagi atas lebih dari 200 kerajaan kecil yang menuntut dan memperjuangkan otonomi mereka terhadap kekaisaran Romawi (kuasa sentral), yang memerintah secara formal di Jerman adalah Kaisar (Karel V) yang merupakan sekutu Paus, memihak atau melawan pihak protestan berkaitan dengan masalah politik.
  • Pada tahun 1453 bangsa Turki mengalahkan dan melenyapkan ke-Kaisaran Romawi-Timur (konstantinopel), menjadi Istambul. Pada masa Reformasi bangsa Turki semakin memasuki dan mengacam pusat Eropa. Bangsa Turki dianggap sebagai cambuk Allah untuk Eropa, demi untuk tidak melemahkan dan membahayakan situasi Eropa Kaisar Jerman (Karel V) membiarkan Reformasi dan tidak dapat bertindak tegas. 
  • Kesadaran dan Indentitas nasional bangsa-bangsa meningkat, kepentingan nasional diperjuangkan, Paus tidak hanya dilihat sebagai kepala gereja melainkan sebagai Italia yang memeras uang banyak dari bangsa-bangsa lain.Yohanes Hus dan Martin Luther dijungjung tinggi sebagai pahlawan nasional yang memperjuangkan kepentingan nasional.

d.   Bidang Percetakan
Penemuan ilmu percetakan yang menggunakan huruf-huruf  besi yang dapat digerakkan (movable letters), 67 tahun sebelum reformasi merupakan sarana penting dalam memperlancar perkembangan Reformasi, yang memungkinkan bahwa karangan-karangan Martin Luter dapat dicetak dengan cepat dan murah, sehingga dibaca oleh sebagian besar masyarakat Jerman, dengan demikian pengarajaran-pengajaran reformasi tidak terbatas pada kalangan para teolog, melainkan menjadi penggerak masa. Kaum Awam berpartisipasi dengan luas. Percetakan Alkitab menjadi gerakan reformasi  suatu gerakan Alkitab.

Relevansinya.
Reformasi tetap masih relevan sampai saat ini,  dan reformasi hanya akan terjadi jika ada penyimpangan-penyimpangan dalam tubuh organisasi gereja, reformasi juga akan mempengaruhi da dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Di dalam setiap reformasi didalamnya akan ada pertentangan, yang mengakibatkan timbulnya dampak yang positif juga dampak yang negatif.

2.     Sistem Theo-centric sebagai pola berteologi dan Relevansinya
Sistem teologi reformasi berakar pada sistem teologi yang bersifat theo-centric, sehingga tidak dikendalikan oleh konteks. Teologi reformasi dianggap sebagian orang sebagai teologi yang melulu menekankan pendekatan teologi dengan teologi from above, yaitu teologi yang tidak mempedulikan konteks. Namun anggapan ini tidaklah mendasar, karena teologi reformasi tidak mengabaikan konteks di mana teolog itu ada menekankan sistem berteologi yang theo-centric, yaitu sistem berteologi yang memahami Allah sebagaimana Allah memahamiNya, bukan memahami Allah sebagaimana manusia memahaminya. Pemahaman Allah sebagaimana manusia memahami Allah akan sangat terbatas, karena pikiran manusia sangat terbatas untuk memahami Allah, Allah yang adalah  melampaui akal dan pikiran manusia jika diukurkan atau dimengerti dengan sudut pandang manusia, maka akan menjadikan Allah yang terbatas. Allah hanya akan dapat  dipahami secara benar dari penyataan Allah sendiri tentang dirinya yaitu melalui firmanNya. Kalau tidak ada pengetahuan tentang Allah, tidak menungkin ada pengetahuan tentang manusia, Manusia hanya dapat mengenal dirinya ketika ia memiliki pengetahuan tentang Allah. Pengetahuan tentang Allah dan akan diri kita sendiri saling berkaitan satu dengan yang lain, namun agar pengetahuan kita berjalan dengan benar, maka kita harus terlebih dahulu mengenal Allah, sesudah itu maka kita akan mengenal manusia. Allah pertama-tama dikenal hanya sebagai pencipta, baik melalui karyanya, yaitu dunia, maupun ajaran umum, melalui Alkitab, kemudian tampil sebagai penebus dengan wajah Yesus Kristus. 
Tema sentral teologi reformasi bukanlah mengenai ciptaan Allah, bukan mengenai manusia, bukan mengenai malaikat, bukan mengenai gereja, bukan juga mengenai gereja, bukan mengenai surge, melainkan mengenai Allah Tritunggal yang berdaulat atas seluruh ciptaanNya. Ia adalah perancang, pencipta, penopang segala ciptaanya. Ia adalah Allah yang menyelamatkan di dalam dan melalui Tuhan Yesus dan yang mengaplikasikan keselamatan melalui Roh Kudus. Dalam perspektif ini, teologi Kristen menurut kaum reformed harus diukur, dipahami, dinilai dalam perspektif Allah. Dengan kata lain, semua pemikiran teologis harus menempatkan Allah sebagai Allah (Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus). Teologi sistem theo-centris ini, tidak akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang menempatkan Allah sebagai penyebab utama dan tujuan tertinggi segala sesuatu. Misalnya persoalan mengenai adanya orang-orang yang lahir cacat, maka sistem theo-centric menanggapi persoalan ini dengan menjawab bahwa Allah memiliki rencana tertentu untuk kepentinganNya. Sistem theo-centric ini tidak akan menekankan pada upaya untuk mencari-cari sebab genetika yang semuanya bersifar anthropo-centric.
 Sistem teologi theo-centric adalah berseberangan dengan semua sistem teologi yang menyebabkan bangkitnya sekian banyak teologi kontemporer yang anthropo-centrc. Karakter iman reformasi memproposisikan diri berlawanan dengan semua dan setiap ethic of self-realization, yang sangat menempatkan manusia dan kemanusiaan, jiwa manusia, percaya diri, kepuasan diri (hedonisme) sebagai acuan dan pusat perhatian. Sedangkan theo-centric iman reformasi  konsep dan pengalaman mengenai manusia, dan kemanusiaan, kesalehan dan ibadah Kristen yang berfokuskan kepada Allah. Akhirnya theo-centric iman reformasi berimplikasikan pada pemuliaan dan pengagungan Allah, bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia : Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36)        

Relevansinya
         Teologi reformasi percaya bahwa Allah dapat dikenal, akan tetapi tidak mungkin manusia dapat memperoleh pengenalan yang lengkap menyeluruh dan sempurna tentang Dia. Memiliki pengetahuan atau pengenalan yang sempurna tentang Allah sama artinya dengan memahami Dia sepenuhnya, dan hal ini sama sekali tidak mungkin (yang fana tidak mungkin memahami yang kekal). Lebih jauh lagi manusia tidak dapat memberikan defenisi tentang Allah dalam arti yang biasa digunakan, tetapi hanya dapat memberikan sebagian pemaparan saja. Defenisi logis tidak mungkin diberikan, sebab Allah tidak ditundukkan pada sesuatu yang lebih tinggi. Pada saat yang sama dipercayai juga bahwa manusia hanya dapat memperoleh suatu pengenalan akan Allah yang memadai untuk mengalami perwujudan maksud Ilahi dalam kehidupan manusia. Akan tetapi pengenalan yang benar hanya dapat diperoleh melalui penyataan diri ilahi, dan hanya  oleh manusia yang menerima semua ini dengan iman seperti anak kecil. Di lain pihak, sudah barang tentu manusia tak bakal mencapai pengetahuan yang jelas akan dirinya sendiri selama ia belum mengenal Allah. Jadi, meskipun pengetahuan tentang Allah dan diri kita sendiri saling berhubungan, namun agar pengajaran dan teologi kita berjalan dengan teratur, maka perlu sekali kita terlebih dahulu kita mengenal Allah baru sesudah itu kita menguraikan siapa manusia sehingga tidak menghasil teologi yang berpusatkan pada manusia. 
Tujuan kehidupan manusia pada akhirnya terletak pada pengetahuan  yang berpusatkan kepada Allah didalam mengenal dan memahami Allah  . Maka supaya tak ada seorangpun yang terhalang pada pengetahuan itu, maka Allah menyatakan diriNya pada semua ciptaanNya, dan setiap hari memperlihatkan dan menyatakan diriNya di dalamnya. 

3.   Tanggapan Saya terhadap ajaran Predistinasi
Dalam ajaran tentang Predistinasi Calvin bertitik tolak dari keagungan, kemahatahuan (omnipotence, omni-science) Allah. Sebelum dunia dijadikan Allah sudah mengetahui semuanya tentang penciptaan dunia, kejatuhan manusia, inkarnasi Kristus demi untuk menyelamatkan dunia yang menjurus kepada kebinasaan ; keselamatan sebagian manusia dan kebinasaan sebagian manusia lain. Bahkan sebelum dunia diciptakanNya Allah telah menentukan siapa-siapa termasuk bagian yang akan binasa nanti. Sarana untuk menjalankan dan mewujudkan ketetapan Allah adalah ini adalah iman kepada Kristus, Iman sebagai penentu keselamatan Allah hadiahkan kepada mereka yang Ia pilih, dan yang tidak Ia berikan kepada mereka yang Ia telah pilih untuk binasa. Saya menanggapi tentang pengajaran bisa menjadi pertentangan yang dapat mengakibatkan implikasinya kepada misi; jika pemahaman ini salah dimengerti terutama kaum awam, yang tidak memperoleh pengetahuan yang cukup, bisa jadi tdak berniat untuk melakukan pemberitaan kabar keselamatan, karena sudah ditentukan dari semula.
Defenisi Predistinasi :Tindakan kekal Allah, dimana Ia dalam kesukaan kedaulatanNya dan tanpa memperhitungkan jasa atau kebaikan manusia memilih sebagian orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan kekal; dan sebagian orang untuk terhilang berdasarkan tindakan dari anugerahNya yang khusus, dan menghukum mereka karena dosa-dosa mereka untuk menyatakan keadilanNya. Dari defenisi ini maka saya menanggapi bahwa  ketetapan akan predistinasi tidak diragukan lagi dalam segala bagian tindakannya adalah tindakan  berkesinambungan dari ketiga pribadi  Tri Tunggal Allah, yang adalah satu dalam pertimbangan dan kehendakNya. Akan tetapi dalam pelaksanaan keselamatan, sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab tindakan yang berdaulat dalam predistinasi lebih merupakan dari atribut Allah Bapa.
Predistinasi tidak sama dengan ketetapan Allah secara umum, predistinasi diberikan hanya kepada manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yaitu manusia yang jahat, maupun yang baik. Berdasarkan sifatnya predistinasi adalah suatu keputusan tunggal dan tidak dapat berubah. Dengan demikian  Allah adalah Allah yang bijaksana dalam keputusannya. Berdasarkan tujuannya predistinasi adalah untuk menyatakan kemuliaannya kepada objek predistinasi yaitu semua manusia, supaya mereka mengalami kemuliaan Allah yang telah dipersiapkan sebelumnya dan tujuan yang paling tertinggi adalah menyelamatkan umat pilihanNya. Dengan demikian saya menanggapi bahwa Allah dalam kekekalannya atas keputusanNya adalah Allah yang penuh kasih dan kasihNya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk manusia objek penyelamatannya, tidak dapat menolak penyelamatan Allah dalam hidupnya.

4.      Implikasi Misi dari Teologia Reformasi.
Perubahan paradigm misi abad pertengahan kepada paradigm misi reformasi, bukan berarti memutuskan hubungan paradigm kedua abad ini. Karena misi pada abad pertengahan dilanjutkan juga pada abad reformasi, sekalipun dalam bentuk yang berbeda dari sebelumnya. Dua isu yang dipersoalkan dalam  melihat gerakan misi reformasi yaitu isu histori dan isu doktrinal,  dimana paradigm misi abad reformasi telah membuang monastisisme yang menjadi metode utama misi abad pertengahan. Doktrin pembenaran oleh iman, adalah suatu doktrin yang sangat kuat untuk keterlibatan dalam misi. Doktrin predistinasi telah seringkali keliru dipahami dalam pengertian yang sangat kaku : bila Allah telah menetapkan orang pada keselamatan dan yang lain ditetapkan untuk binasa, ini  ungkapan dalam predistinasi ganda, maka orang-orang Kristen tidak melakukan tindakan misi, mereka menyerahkan kepadaNya untuk menyelamatkan siapa saja yang Ia inginkan selamat, sesukaNya sendiri. Jadi keyakinan akan predistinasi ganda dapat melumpuhkan keinginan melakukan misi. Pendapat seperti ini adalah pendapat yang keliru dan salah, sebab pada dasarnya, dari perspektif manusia, kita orang percaya tidak dapat melihat dan menentukan  siapa yang diselamatkan dan siapa yang ditentukan untuk binasa hal ini hanya misteri Allah, oleh sebab itu kita orang percaya harus tetap dalam ketaatan melakukan perintah Allah dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus.
Terkait dengan pendapat tersebut diatas, maka orang mempertanyakan hubungan antara doktrinal dengan pengalaman praktis, dalam tugas dan panggilan gereja sebagai agen misi Allah satu-satunya di dunia. Mundurnya gerakan misi gereja setelah zaman reformasi  bukanlah karena sistem doktrinalnya, tetapi  karena adanya gereja sebagai organisasi dan gereja sebagai individu yang menjadi fanatik yang berlebihan sehingga menjadi persoalan yang mempengaruhi gerakan misi gereja itu sendiri. 
Teologi hanya dapat pahami, apabila memahami misi  Allah Tritunggal, begitu juga misi hanya dapat dipahami sebagai misi Kristem apabila dipahami dalam perspektif Allah Tritunggal. Karena itu tidak ada teologi tanpa misi, dan tidak ada misiologia tanpa dasar teologi. Misi bukan berasal dari ide dan usaha manusia, melainkan dari Allah. Allah adalah perancang, pencipta, pemilik dan pelaksana misi, maka dari  itu, semua dasar, sumber, tujuan, motif, urgensitas, berita, metode, dan strategi haruslah berpusat pada Allah Tritunggal. Paradigma misi Reformasi meletakkan dasar, sumber, tujuan, motif, berita, metode, dan strategi pada Allah, sebagaimana yang diajarkan oleh Alkitab, secara khusus menekankan misi penebusan Kristus (inkarnasi, penderitaan, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kedatanganNya kembali) sebagai dasar dan motif yang kuat bagi implementasi misi proklamasi Injil yang menebus.

Tugas Teologi Reformasi
Oleh  :
Nama                           : Yulmia Makawekes
Matakuliah                  : Teologi Reformasi
Program Studi             : M.Th
Dosen                          : Pdt. G. Sudarmanto, D.Th
          Sekolah Tinggi Teologi Basom
       Program Pasca Sarjana
          Batam, Maret 2013