A. Pendahuluan
Tujuan
utama kita dalam mendidik anak adalah agar anak-anak kita mengenal dan menerima
kristus sebagai Juruslamat mereka, dan membimbing mereka mengikuti rencana
Allah untuk kehidupan mereka1.
Sebagai orang tua kita punya tanggung jawab penuh untuk membimbing dan mendidik anak, agar mereka mengerti setiap rancangan dan rencana Tuhan yang indah bagi masa depan mereka. Didalam Kitab Ulangan 6 : 6-7 dikatakan : " 6: Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7: haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun"
Sebagai orang tua kita punya tanggung jawab penuh untuk membimbing dan mendidik anak, agar mereka mengerti setiap rancangan dan rencana Tuhan yang indah bagi masa depan mereka. Didalam Kitab Ulangan 6 : 6-7 dikatakan : " 6: Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7: haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun"
Didalam kita mengajar dan mendidik anak-anak, tempat yang
paling baik bagi anak-anak adalah rumah. Karena itu kita sebagai orang tua
harus menciptkan situasi dan kondisi senyaman mungkin didalam rumah kita, agar
bila waktunya anak-anak untuk berada dirumah, mereka boleh merasa nyaman
dan betah dirumah, dengan demikian kita
dapat membangun komunikasi secara rutin dengan anak-anak kita, atau bahkan
mereka dengan senang hati mau mendengarkan apa yang kita kemukakan dan ajarkan
kepada mereka.
1Joyce
Coon, dan Margaret Simbiri-Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen Yayasan Kalam Hidup Bandung -hal 194
B. Pemberontakan
Anak Pada Orang Tua
Pada
dasarnya Anak yang suka memberontak kepada orang tua mungkin karena beberapa
hal. Orangtua yang keras, tidak mengasihi dan suka mengeritik hampir selalu
akan menghasilkan semacam pemberontakan. Bahkan anak yang paling taat sekalipun
akan memberontak di dalam maupun di luar, apabila menghadapi perlakuan orang
tua seperti itu. Sudah tentu sikap orangtua seperti ini harus dihindari. Selain
itu, pemberontakan terhadap orangtua sampai tingkat tertentu merupakan hal yang
wajar di antara para remaja yang perlahan-lahan mulai menjauh dari keluarga
mereka sebagai bagian dari proses mendapatkan kehidupan dan identitas mereka
sendiri (jati diri).
Banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi pemberontak. Antara lain disebabkan karena faktor lingkungan dalam keluarganya seperti misalnya perceraian orang tua, pola asuh yang salah dimana orang tua terlalu melakukan kekerasan atau sebaliknya terlalu memanjakan anak, orang tua yang terlalu mempercayai mitos dalam mendidik anak, sehingga takut mengambil tidakan-tidakan yang semestinya dilakukan, keegoisan orang tua serta mendidik anak dengan cara yang berbeda dari pasangan, masalah ekonomi dan masih banyak lagi faktor yang menyebabkan anak menjadi pemberontak terhadap orang tuanya.
Anak yang suka memberontak memiliki kepribadian yang keras, dia akan cenderung mencoba batas-batas yang ada, keinginan yang besar untuk memegang kendali dan komitmen untuk melawan semua otoritas. Dengan kata lain, pemberontakan sudah merupakan hidupnya. Selain itu, anak-anak yang berkemauan keras dan suka melawan ini sering sangat cerdas dan mampu “mengenali” situasi dengan cepat, sehingga dapat memperoleh cara untuk mengendalikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Bagi orangtuanya, anak-anak ini dapat sangat melelahkan dan memusingkan.
Allah telah menciptakan anak-anak ini sebagaimana adanya mereka. Dia mengasihi mereka dan tidak membiarkan orangtua tanpa cara untuk menghadapi tantangan ini. Ada prinsip-prinsip Alkitab yang berbicara mengenai bagaimana menghadapi anak-anak yang suka melawan dan berkemauan keras ini dengan penuh kasih karunia. Amsal 22:6 memberitahu kita untuk “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Bagi semua anak, jalan mereka yang seharusnya adalah menuju kepada Allah. Mengajar anak-anak akan Firman Allah adalah penting bagi semua anak yang harus memahami siapakah Allah dan bagaimana melayani Dia dengan sebaik-baiknya. Dengan anak yang keras, memahami apa yang memotivasi dia - keinginan untuk memegang kendali - dapat amat membantu dalam menolong dia menemukan "jalannya."
Banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi pemberontak. Antara lain disebabkan karena faktor lingkungan dalam keluarganya seperti misalnya perceraian orang tua, pola asuh yang salah dimana orang tua terlalu melakukan kekerasan atau sebaliknya terlalu memanjakan anak, orang tua yang terlalu mempercayai mitos dalam mendidik anak, sehingga takut mengambil tidakan-tidakan yang semestinya dilakukan, keegoisan orang tua serta mendidik anak dengan cara yang berbeda dari pasangan, masalah ekonomi dan masih banyak lagi faktor yang menyebabkan anak menjadi pemberontak terhadap orang tuanya.
Anak yang suka memberontak memiliki kepribadian yang keras, dia akan cenderung mencoba batas-batas yang ada, keinginan yang besar untuk memegang kendali dan komitmen untuk melawan semua otoritas. Dengan kata lain, pemberontakan sudah merupakan hidupnya. Selain itu, anak-anak yang berkemauan keras dan suka melawan ini sering sangat cerdas dan mampu “mengenali” situasi dengan cepat, sehingga dapat memperoleh cara untuk mengendalikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Bagi orangtuanya, anak-anak ini dapat sangat melelahkan dan memusingkan.
Allah telah menciptakan anak-anak ini sebagaimana adanya mereka. Dia mengasihi mereka dan tidak membiarkan orangtua tanpa cara untuk menghadapi tantangan ini. Ada prinsip-prinsip Alkitab yang berbicara mengenai bagaimana menghadapi anak-anak yang suka melawan dan berkemauan keras ini dengan penuh kasih karunia. Amsal 22:6 memberitahu kita untuk “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Bagi semua anak, jalan mereka yang seharusnya adalah menuju kepada Allah. Mengajar anak-anak akan Firman Allah adalah penting bagi semua anak yang harus memahami siapakah Allah dan bagaimana melayani Dia dengan sebaik-baiknya. Dengan anak yang keras, memahami apa yang memotivasi dia - keinginan untuk memegang kendali - dapat amat membantu dalam menolong dia menemukan "jalannya."
Anak
yang suka memberontak adalah seseorang
yang harus memahami bahwa dia tidak mengendalikan dunia tapi Allahlah dan dia harus melakukan segalanya sesuai
dengan cara Allah. Hal ini membutuhkan orangtua yang yakin penuh akan kebenaran
ini dan hidup sesuai dengan kebenaran ini. Orangtua yang sendirinya memberontak
kepada Allah tidak akan sanggup meyakinkan anaknya untuk tunduk.
Anak
yang mengalami Krisis identitas, dimana jati diri adalah kepribadian yang
muncul pada diri seseorang secara alami dengan kronologi tertentu,
jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita
ini, jati diri adalah ciri-ciri atau
gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya gerak dari dalam perubahan biologis dan sosiologis pada diri anak remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kontrol diri yang lemah, mengakibatkan anak tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku
menyimpang. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak
bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
a.
Pola Pengasuhan
Yang Salah
Sikap
dan tindakan orang tua yang kurang bijaksana, kurang adil, dan tidak lemah
lembut dalam mendidik anak, mengakibatkan anak sukar diajari, dibimbing,.
Kategori orang tua yang kurang bijaksana dalam mendidik anak misalnya terlalu
banyak membuat peraturan di
dalam rumah2,
terlalu mengekang anak, setiap aktifitas anak selalu dikhawatirkan, sering
bersuara keras dalam berkata-kata, sering marah-marah didepan anak, bahkan
sampai memukul anak, dan berbagai karakter buruk lainnya yang dipertontonkan
kepada anak.
Sebagai orang
tua didalam mendidik dan membesarkan anak kita harus bijaksana, agar anak-anak
dapat menerima dan mendengar apa yang kita ajarkan, apabila kita kurang
bijaksana didalam mendidik anak maka, pertumbuhan anak secara psikologi sangat
tidak baik, bahkan pertumbuhan anak secara fisik pun turut dipengaruhi oleh
sikap dan tindakan orang tua yang tidak bijaksana.Selain kita kurang bijaksana, terkadang
kita hanya mengandalkan diri kita sendiri dalam mendidik dan mengajari anak,
orang tua yang yang benar dalam mendidik anaknya adalah orang tua yang selalu
mendoakan anak-anaknya, dalam segala hal kita harus berdoa kepada Tuhan meminta
bimbingan dan kekuatan dari Tuhan agar anak-anak kita bertumbuh menjadi anak
yang baik, cerdas, pintar , hormat dan patuh kepada orang tua, terlebih
mendoakan mereka agar menjadi anak-anak yang taat dan takut kepada Tuhan. Contoh
klasik dari pola asuh yang salah misalnya orang tua terlalu menuntut prestasi tinggi di sekolah dan di berbagai bidang lain, nyaris dengan segala cara
(emosional, psikologis, fisik, dan dana). Hukuman dan omelan akan diterima anak
bila prestasi di sekolah tidak di atas rata-rata, menekan anak memilih jurusan
sekolah/universitas, kursus, atau minat lebih untuk tujuan membuat
Biodata/Riwayat Hidup (CV) yang mengesankan daripada untuk memenuhi rasa ingin
tahu yang alamiah dan minat pribadi anak, terlalu mencampuri persahabatan anak
dengan teman-temannya.Bahkan orangtua akan mengintervensi gurunya di sekolah.
Fenomena pola asuh orang tua seperti ini adalah termasuk dalam kategori Push
Parenting3. (masuk dalam Authoritarian
Parenting). Kategori Push Parenting ini menggambarkan orang tua yang terlalu
memaksakan kehendaknya sendiri, tanpa melihat kemampuan anak-anak mereka.
2Ibid hal 214
3Artikel : Bertumbuh Dalam Masalah 2008. Ev. Seniman Laowo, S.Th. -Gembala Sekolah Kristen Gamaliel Bandung-
2Ibid hal 214
3Artikel : Bertumbuh Dalam Masalah 2008. Ev. Seniman Laowo, S.Th. -Gembala Sekolah Kristen Gamaliel Bandung-
Anak-anak
dengan orang tua yang secara tidak teratur memaksakan beberapa dari semua
aturan mereka tahu bahwa mereka tidak perlu harus menaati ayah atau ibu saat
itu. Anak-anak terus memanfaatkan kesempatan dan memaksakan tingkah laku mereka
sampai batas tertentu untuk melihat apakah mereka dapatmeneruskan keinginan
mereka atau tidak4.
b.
Orang tua yang
mengabaikan kepentingan anak
Tindakan orang tua yang sering
mengabaikan kepentingan atau kebutuhan anak, adalah sebuah sikap atau tindakan
yang tidak bertanggung jawab didalam mendidik dan memelihara anak. Dan tindakan
tersebut adalah tindakan yang melawan Allah yang telah menganugrahkan anak
kepada orang tua. Namun ada orang tua
yang tega menelantarkan anak-anaknya demi kepentingan dirinya sendiri.
Di era globasasi ini, orang tua
cenderung berpendapat bahwa dengan memberikan berbagai fasilitas kepada anak,
itu sudah sangat cukup bagi seorang anak dalam memenuhi berbagai kebutuhan atau
kepentingannya, bagi orang tua zaman kini yang mempunyai kesibukan tingkat
tinggi, serta memiliki pendapatan ekonomi yang lebih dari cukup, mereka tidak
pernah memikirkan kebutuhan anaknya secara psikologis, mereka beranggapan bahwa
anak-anaknya akan senang ditinggal pergi berhari-hari karena anak sudah
dibekali dengan berbagai fasilitas canggih, baik itu HP, Laptop, Game yang
canggih, makanan yang enak, atau bahkan
setiap hari mereka hanya punya waktu 1 (satu) jam bertemu dan dengan anak-anak
mereka.
Didalam pertumbuhannya, baik pertumbuhan
secara psikologi maupun secara fisik,
anak mempunyai berbagai kebutuhan atau kepentingan yang tidak boleh
diabaikan oleh orang tua. Kepentingan pendidikan pada prinsipnya sangat
diperlukan bagi seorang anak baik itu pendidikan disekolah (formal) maupun
pendidikan akhlak dan tingkahlaku anak. Orang tua juga sangat perlu memberi
ruang dan waktu yang lebih bagi anak.
( 4 David Rice Mengendalikan Tingkah Laku Anak, Menghasilkan
Yang Terbaik-
Dalam Diri Anak-Anak Anda- Yayasan Kalam Hidup Bandung 1987- hal 105)
Dalam Diri Anak-Anak Anda- Yayasan Kalam Hidup Bandung 1987- hal 105)
Orang tua yang tidak pernah menunjukan kasih sayang kepada anak-anaknya dapat dikatakan sebagai orang tua yang gagal mendidik dan membesarkan anak-anaknya, pada hakekatnya setiap anak didalam sebuah keluarga sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua secara nyata. Orang tua tidak dapat menggantikan tanggung jawabnya dengan berbagai fasilitas yang hanya berwujud benda mati.
Akan
sangat buruk dampaknya apabila orang tua secara nyata mengabaikan kepentingan
psikologis anaknya, karena pertumbuhan mental anak menjadi tidak sehat/tidak
normal. Hal ini dikarenakan sikap orang
tua yang sama sekali tidak perduli dengan apa yang seharusnya menjadi harapan
dan tujuan hidup anak bagi masa depan anak-anak mereka.
C. Cara Mendidik Anak Yang Suka Memberontak Pada
Orang Tua
a. Meminta pertolongan dan bimbingan Tuhan dalam
mendidik anak
Permasalahan
yang timbul ditengah-tengah mendidik anak,
akarnya adalah orang tua, apabila kehidupan orang tua juga bermasalah,
jauh dari ajaran firman Allah, atau bahkan orang tua yang sama sekali tidak
pernah mendengar firman Tuhan (malas ibadah di gereja), meskipun mereka adalah
keluarga kristen, tentu menjadi dampak buruk bagi masa depan anak-anaknya.
Keluarga seperti tersebut diatas adalah gambaran keluarga yang hancur dan
berantakan. Perlu pertobatan yang sungguh-sungguh agar kondisi seperti ini
dapat dipulihkan kembali.
Sebuah
keluarga yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan prinsip yang salah,
tanpa disadari telah menanamkan rasa kurang percaya diri, rasa rendah diri
kepada anak-anaknya5.
Dan hal tersebut adalah sebuah masalah yang sangat krusial bagi masa depan
anak-anaknya, bahkan dapat dikatakan sebuah situasi yang sangat berbahaya bagi
masa depan anak-anaknya. Jalan
satu-satunya yang harus dilakukan oleh orang tua adalah, bertobat, merendahkan
diri dihadapan Tuhan, Berdoa dan meminta tuntunan Roh Kudus, agar mereka dapat kembali merajut kehidupan yang
seturut dengan kehendak Allah, dengan demikian orang tua dapat membina dan
mendidik anak-anaknya sesuai dan seturut dengan kehendak Tuhan.
b. Mendidik dan membesarkan anak dengan penuh
kasih sayang.
Tujuan keluarga Kristen
mendidik anak-anaknya adalah menerima Kristus sebagai Juruselamat, dan
mengikuti rencana Allah bagi kehidupan anak-anak. Untuk mencapai tujuan itu,
sebagai orang tua kita harus menolong mereka dengan penuh kasih sayang,
supaya anak-anak mengerti dan taat kepada apa yang sudah diajarkan kepada
mereka.
Didalam sebuah keluarga kristen, kita
harus menanamkan kasih Allah, agar anak-anak dapat mengerti rencana dan
kehendak Allah bagi masa depan mereka.
Amsal 22 : 6 "Didiklah orang muda
menururt jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.".
Orang tua juga harus membuat peraturan yang bijaksana untuk dapat membantu
anak-anak berbuat kebenaran. Sebelum
orang tua menerapkan berbagai peraturan didalam keluarga, pastikan bahwa
anak-anak memahami apa yang tersirat /tertuang didalam peraturan tersebut.
Orang tua harus dengan sabar dan penuh kasih sayang membimbing dan
menerangkan/menjelaskan kepada anak-anaknya, agar mereka mengerti dan memahami
apa yang di maksud oleh orang tua.
Efesus
6 :1-4 "Taat Dan Kasih":
1)
Hai
anak-anak, taatilah orang tuamu didalam Tuhan, karena haruslah demikian
2) Hormatilah ayahmu dan ibumu ini
adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini
4)
Dan
kamu bapa-bapa janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan. 5Ibid
hal 166
Dari judul bacaan alkitab diatas, "Taat Dan Kasih" jelas bahwa Tuhan mau setiap keluarga Kristen harus mendidik dan mengajarkan anak-anak dengan kasih dan kebenaran yang dari Tuhan. Kita tidak boleh hanya menutut agar anak-anak kita harus taat dan mengasihi orang tua, sebaliknya adalah tanggung jawab kita berbuat taat dan kasih, dan menunjukkannya itu kepada anak-anak kita., Kita meniru teladan Allah, selanjutnya anak-anak kita akan meniru teladan orang tua yang kita diperoleh dari Allah.
Anak perlu tahu bahwa kita (orang tua)
menghargai mereka sebagai pribadi, hal ini berarti bahwa kita dapat menerima
mereka sebagai satu pribadi tersendiri, dengan keinginan, kebutuhan dan
tujuan-tujuan mereka, yang mungkin sama atau tidak sama dengan kita. Kebebasan
untuk menjadi ini juga menghilankan setiap keinginan untuk memberontakdalam
rangka menjadi pribadi yang berdiri sendiri.
Allah tidak berharap orang tua itu
sempurna, tetapi Ia sudah memberikan beberapa syarat atau tuntutan yang dasar
untuk mendidik anak-anak. Kita mungkin mempunyai kekurangan didalam berbagai
bidang, tetapi Allah benar-benar mengharapkan agar kita mendidik anak untuk
taat dan membuat mereka tunduk kepada orang tua. Mengajar untuk lebih taat berarti memberi
perintah atau petunjuk dan mendesak agar anak itu melaksanakannya. Tuhan Allah berfirman dalam Ulangan 5 :29
"Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan daku, dan berpegang
dalam segala perintahKu, supaya baik keadaan mereka untuk selama-lamanya".
Dalam hal ini Allah menunjukkan kasihNya yang luar biasa kepada kita melalui
firmanNya, agar baik keadaan
kita maupun anak-anak kita, bahkan cucu kita.
Didalam segala hal, tidak ada kata
terlambat untuk merubah sesuatu yang telah hancur, rusak berantakan, termasuk
didalam sebuah keluarga, tidak ada kata terlambat untuk memulihkan kembali
sebuah keluarga yang hancur dan berantakan. Asalkan kita insaf, bertobat, dan
mau datang dikaki Tuhan, memohon bimbingan dan pertolongan Tuhan, pasti Tuhan
akan menolong kita, memulihkan kehidupan keluarga kita. Penyerahan diri kepada
tujuan akhir dalam kehidupan : memperoleh hidup kekal melalui Yesus Kristus
Tuhan kita, dimulai dari dalam keluarga kita sendiri.
Sebenarnya tidak ada orang tua yang
sempurna, dan sekalipun orang tua berhasil untuk menjadi sempurna, anak-anak
belum tentu selalu berbahagia. Kita sebagai orang tua tidak dapat melihat
keefektifan didikan kita dengan kebahagiaan anak-anak kita. Walaupun kita
dengan penuh dedikasi berusaha untuk membahagiakan anak-anak kita, setiap anak
masih akan mengalami saat-saat yang pedih yang memang diperlukan untuk dapat
bertambah menjadi dewasa. Seringkali
kita percaya bahwa kita ini sepenuhnya bertanggung jawab atas setiap tahap
didalam kesejahteraan emosi anak. Seorang anak yang tidak berbahagia
menyebabkan orang tuanya merasa bersalah dan membuat mereka menyalahkan
dirinya.
Bagi orang tua tantangan yang paling
penting bukanlah berusaha supaya menjadi sempurna, melaingkan mengajarkan agar
pada suatu hari kelak anak itu dapat sepenuhnya bertanggung jawab untuk
kehidupannya sendiri.
D Penutup
a.
KesimpulanPada hakekatnya setiap keluarga yang mampu bertumbuh dari masalah yang dihadapi adalah keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai pemandu keluarga, selalu taat kepada Tuhan dalam pengambilan keputusan, selalu setia pada tujuan pernikahan dan keluarga Kristen, selalu mencari dan merayakan kemuliaan Allah Tritunggal.
Anak pemeberontak bukanlah anak-anak
yang tidak dapat dirubah sikapnya, anak pemberontak dapat berubah apabila kita
mampu memahami sifat anak tersebut. Banyak cara yang dapat merubah anak
pemberontak tampa harus kehilangan kesabaran kita sebagai pendidik diantaranya
mengahargai perubahan sekecil apapun, meluangkan waktu untuk anak, memahami
karakter serta sifat dan keinginan anak. Hal yang paling terpenting yaitu tidak
membuat anak tertekan akibat egois kita sebagai orang tua yang selalu
memaksakan apa keinginan kita tanpa melihat kemampuan anak.
Anak lebih cenderung melakukan apa yang dilihatnya, dari pada apa yang didengarnya, artinya anak lebih senang meniru apa yang dilakukan atau diperbuat oleh orang tuanya, dari pada melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya.
Karena itu sebagai orang tua yang baik, kita harus memberi contoh dan teladan yang baik kepada anak-anak kita, kita tidak boleh menunjukan perbuatan buruk yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak secara psikologis.
Sejak usia dini anak harus dibekali dengan ajaran firman Tuhan, dan kita senantisa menunjukan kasih sayang yang tulus kepada anak, dengan demikian akan terjadi feetback yang baik antara anak dan orang tua. Secara humanis adalah kebanggan bagi kita selaku orang tua, apabila kita berhasil membimbing, mendidik, dan membesarkan anak-anak sesusai dengan rencana dan kehendak Tuhan.
Anak lebih cenderung melakukan apa yang dilihatnya, dari pada apa yang didengarnya, artinya anak lebih senang meniru apa yang dilakukan atau diperbuat oleh orang tuanya, dari pada melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya.
Karena itu sebagai orang tua yang baik, kita harus memberi contoh dan teladan yang baik kepada anak-anak kita, kita tidak boleh menunjukan perbuatan buruk yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak secara psikologis.
Sejak usia dini anak harus dibekali dengan ajaran firman Tuhan, dan kita senantisa menunjukan kasih sayang yang tulus kepada anak, dengan demikian akan terjadi feetback yang baik antara anak dan orang tua. Secara humanis adalah kebanggan bagi kita selaku orang tua, apabila kita berhasil membimbing, mendidik, dan membesarkan anak-anak sesusai dengan rencana dan kehendak Tuhan.
b.
Saran
Dalam menghadapi anak pemberontak kita tidak harus menggunakan kekerasan banyak cara efektif dan terbaik mendidik anak yang sulit diatur (pemberontak). Hal yang paling sederhana yaitu membiasakan diri kita sebagai orang tua mengkomunikasikan semua masalah baik yang tidak menyenangkan maupun yang menyenangkan sekaligus, apabila kita sedari kecil sudah membiasakan anak untuk berkomunikasi, membuka diri kita untuk anak alhasil dapat mengurangi dampak timbulnya pemberontak. Karena tidak menutup kemungkinan kitalah (orang tua) yang menimbulkan sikap pemberontak pada anak.
Selain itu kita sebagai orang tua harus mampu memahami diri kita sendiri sebagai orang yang lebih mengerti sifat dan kemauan anak sehingga kita mampu menghadapi anak tersebut. Kita sebagai orang tua harus mampu menahan emosi kita terhadap anak yang melakukan kesalahan tampa harus menfonis mereka terlebih dahulu, dengan tidak memberikan nasehat atau saran-saran serta cara agar anak tersebut tidak mengulangi kesalahannya. Menghilangkan keegoisan kita sebagai orang tua yang selalu menginginkan agar anak kita menurut kepada kita tampa mendengarkan keluh kesalnya dan melihat kemampuannya, sehingga anak menjadi terpaksa dan tertekan untuk melakukan itu semua. Jadi disini peranan orang tua sangatlah mendukung tumbuh kembang anak untuk mengembangkan semua kemampuannya sehingga mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tampa ada hambatan yang mengganjal dalam hidupnya, sehingga menjadi anak pemberontak.
Ajarilah anak untuk membedakan yang salah dan yang benar. Anak-anak dilahirkan kedalam dunia ini dengan mempunyai kesadaran yang belum digugah mengenai apa yang baik dan apa yang yang jahat. Saat yang paling baik untuk mengajarkan dan membicarakan soal moralitas ialah apabila seorang anak baru saja melakukan sesuatu yang patut dipuji atau kalau ia sedang bingung menghadapi suatu persoalan. Bermanfaat sekali bagi anak apabila ia dapat mengambil keputusan sendiri dalam beberapa persoalan.
Dalam menghadapi anak pemberontak kita tidak harus menggunakan kekerasan banyak cara efektif dan terbaik mendidik anak yang sulit diatur (pemberontak). Hal yang paling sederhana yaitu membiasakan diri kita sebagai orang tua mengkomunikasikan semua masalah baik yang tidak menyenangkan maupun yang menyenangkan sekaligus, apabila kita sedari kecil sudah membiasakan anak untuk berkomunikasi, membuka diri kita untuk anak alhasil dapat mengurangi dampak timbulnya pemberontak. Karena tidak menutup kemungkinan kitalah (orang tua) yang menimbulkan sikap pemberontak pada anak.
Selain itu kita sebagai orang tua harus mampu memahami diri kita sendiri sebagai orang yang lebih mengerti sifat dan kemauan anak sehingga kita mampu menghadapi anak tersebut. Kita sebagai orang tua harus mampu menahan emosi kita terhadap anak yang melakukan kesalahan tampa harus menfonis mereka terlebih dahulu, dengan tidak memberikan nasehat atau saran-saran serta cara agar anak tersebut tidak mengulangi kesalahannya. Menghilangkan keegoisan kita sebagai orang tua yang selalu menginginkan agar anak kita menurut kepada kita tampa mendengarkan keluh kesalnya dan melihat kemampuannya, sehingga anak menjadi terpaksa dan tertekan untuk melakukan itu semua. Jadi disini peranan orang tua sangatlah mendukung tumbuh kembang anak untuk mengembangkan semua kemampuannya sehingga mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tampa ada hambatan yang mengganjal dalam hidupnya, sehingga menjadi anak pemberontak.
Ajarilah anak untuk membedakan yang salah dan yang benar. Anak-anak dilahirkan kedalam dunia ini dengan mempunyai kesadaran yang belum digugah mengenai apa yang baik dan apa yang yang jahat. Saat yang paling baik untuk mengajarkan dan membicarakan soal moralitas ialah apabila seorang anak baru saja melakukan sesuatu yang patut dipuji atau kalau ia sedang bingung menghadapi suatu persoalan. Bermanfaat sekali bagi anak apabila ia dapat mengambil keputusan sendiri dalam beberapa persoalan.
Beberapa
hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam mendidik anak misalnya :
1). Mengajari
anak akan kasih dan terang Kristus
2). Mengajari
anak untuk dapat membedakan yang baik dan yang jahat
3). Mengajari
anak sopan santun, dan tatakrama
4). Melarang
anak-anak jika apa yang dilakukan dianggap berbahaya
5). Mengajari
anak menghormati orang lain
6). Sebagai
orang tua kita harus bijaksana dan berwibawa
Rahasia untuk menjadi orang tua yang dikehendaki Allah ialah :
1) Mengakui
bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan untuk menebus dosa
manusia.,
2) Bertobatlah
dari kehendak diri sendiri.,
3) Terimahlah
kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat dengan jalan menyerahkan kehidupan kita
kepada Kristus dan menjadikan Dia Tuhan di dalam kehidupan kita.,
4) Ingatlah
agar kita membiarkan Tuhan Yesus Kristus memimpin kita didalam setiap keputusan
yang harus diambil tiap-tiap hari dala kehidupan kita.
Berbahagilah
orang tua yang telah berhasil mendidik dan membesarkan anak-anaknya sesuai
dengan ajaran kasih Kristus, karena pasti masa depan anak-anaknya ada dalam
genggaman tangan Tuhan yang maha pengasih. Dan Tuhan pasti telah menyediakan
upah yang besar di surga, bagi orang tua yang bijaksana mendidik anak-anaknya
sesuai ajaran firman Tuhan, karena anak-anak bukan milik oran tua, anak-anak
adalah kepunyaan Tuhan, yang ia anugrahkan kepada manusia, yang dirancang untuk
menjadi pengikut-pengikut Kristus yang setia.
Yohanes
1 : 12 "Tetapi semua orang yang
menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya didalam nama-Nya"